Pages

Monday, March 7, 2011

Inilah Rasanya

Inilah rasanya

Sore hari yang adem di Jakarta, jarang sekali seperti ini. Ditemani alunan lagu Andien - Movin On.

3 minggu sudah perasaan saya dikacaukan oleh orang itu. Sampai sekarang saya tidak tahu apakah saya cinta atau tidak kepadanya.  Setiap hari kita intens mengabari satu sama lain, sekedar pertanyaan simpel "sudah makan belum?" atau "sedang apa?" yang mana dulu saya benci sekali pertanyaan-pertanyaan itu. Karena menurut saya buat apa tahu tentang kondisi orang lain itu kan hak mereka haruskah kita tahu tentang itu. Tapi ternyata saya sudah mendapatkan jawabannya yaitu ketika itu terjadi maka tidak ada Saya dan Kamu adanya adalah Kita. Ketika Kita sudah terucap maka semuanya berkaitan dengan Kita.

Perasaan yang sebenarnya sudah saya sering lihat realita dan dengar ceritanya. Perasaan ini sangatlah aneh, ada yang berkecamuk di dalam dada ketika yang terkasih itu tidak mengabari. Inikah rasanya? saya merasa sangat aneh. Saya merasa aneh dengan perasaan ini, yang saya punya ini.  Selalu saya bertanya apakah dia disana merasakannya juga? apa dia merasakan hal yang sama?

Banyak teman berkata agar saya tidak terlalu ekspresif supaya tidak ketahuan saya suka sama dia. Ada lagi yang berkata seharusnya saya menanyakan kepada yang terkasih ini  "mau dibawa kemana hubungan kita?" agar saya tidak terlalu berharap. Semuanya saya tampung karena jujur saya bingung sekali dengan semua ini. Rasa ini. Ingin memiliki dia tapi saya menghormati pemikirannya. Ingin menjadi sahabat tapi yang terkasih ini tidak menunjukkan ciri-ciri sahabat karena betapapun saya minim pengalaman saya tahu bahwa persahabatan tidak akan semesra ini.

Sehingga tadi malam saya berbicara keras kepada teman saya "Elu tenang aja, gua tau apa yang gua lakuin. Mau HTS atau apapun itu namanya gua yang ngejalanin ini. Gua akan baik-baik saja, gua sudah bersiap untuk kejadian terburuk sekalipun". Iya benar, saya sudah bersiap untuk kejadian yang terburuk sekalipun yang mana di skenario saya adalah ketika yang terkasih ini hanya akan berkata "baiknya kita menjadi teman" saya pasti akan kecewa tapi saya sudah mempersiapkan argumen, alasan, penghiburan, pokoknya saya sudah siap untuk yang terburuk sekalipun.

Tapi yang saya harapkan adalah ketika yang terkasih itu mengakhiri ini semua dengan berkata "baiklah kita menjadi teman hidup sampai ajal menjemput" (melted gua, hheehehehehheh).

Pokoknya inilah rasanya. Saya senang dia bertanya saya sedang apa, sudah makan atau belum meskipun saya pasti tidak akan lupa jam makan, berkata bahwa saya lucu dan ingin melaminating saya, berkata sayangg sama saya, dan berkata bahwa saya cantik sebagaimana saya ada.

Lihatlah akan berujung dimana kisah saya ini....

Karena bagi saya itu pun sebuah misteri :)